"Gerakan 1000 cahaya adalah bukti komitmen kuat Muhammadiyah dalam menjawab permasalahan lingkungan dan perubahan iklim. Gerakan ini juga menjadi kontribusi Muhammadiyah dalam mewujudkan Indonesia nol emisi di akhir abad 21."
Prof. Dr. Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah
"Gerakan 1000 cahaya adalah bukti komitmen kuat Muhammadiyah dalam menjawab permasalahan lingkungan dan perubahan iklim. Gerakan ini juga menjadi kontribusi Muhammadiyah dalam mewujudkan Indonesia nol emisi di akhir abad 21."
Prof. Dr. Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah
Cerita di balik 1000 cahaya
Cerita di balik 1000 cahaya
Sekolah Muhammadiyah ini punya 6 ruangan. Rata-rata penggunaan listriknya sebesar 308 kwh dengan daya 1300 watt. Setiap bulan sekolah ini harus membayar tagihan listrik sebesar Rp. 449.223 rupiah, atau Rp. 5.390.676 per tahun.
Jika dikalikan 1450 sekolah yang berada di bawah persyarikatan, maka sekolah-sekolah Muhammadiyah harus membayar total tagihan listrik kurang lebih 7,8 Miliar setiap tahunnya.
Itu baru sekolah. Belum universitas, rumah sakit, dan amal usaha lainnya.
Cita-cita energi terbarukan
Tahukah Anda, bahwa listrik yang kita gunakan sebagian besar sumbernya masih berasal dari bahan bakar fosil?
Artinya setiap listrik yang kita gunakan adalah hasil eksploitasi alam yang menimbulkan kerusakan lingkungan, dan menghasilkan emisi gas yang berpengaruh pada PERUBAHAN IKLIM.
Cerita di balik 1000 cahaya
Sementara penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan di Indonesia masih jauh dari ideal.
Tahun 2022 masih 12,3 persen dari target yang seharusnya 15%. Target energi baru terbarukan (EBT) hanya sebesar 31 persen sampai 2050. Masalah energi hanyalah satu dari sekian masalah lingkungan yang kita hadapi. Masalah lainnya masih panjang mengantri seperti masalah sampah, pencemaran, yang berakibat pada masalah sosial seperti pengangguran, krisis pangan dan ketidakadilan.
1000 cahaya sebagai respons Muhammadiyah
Untuk merespons masalah ini Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan gerakan 1000Cahaya.
Gerakan ini adalah bukti komitmen Muhammadiyah menjawab tantangan-tantangan perubahan iklim serta mendorong Indonesia untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada pertengahan abad ke-21.
Tujuan 1000 cahaya
Tujuan Gerakan ini adalah mewujudkan energi yang berkeadilan akan mengatasi tiga tantangan besar yaitu pengangguran, degradasi lingkungan, dan ketidaksetaraan.
Pada tahap pertama, 1000 cahaya akan fokus melahirkan role model perubahan iklim dan transisi energi di lingkungan sekolah menengah atas, pondok pesantran, masjid serta ranting.
Diharapkan model-model ini akan menjadi inspirasi sehingga green movement di Muhammadiyah akan bergulir seperti bola salju yang dampakanya semakin meluas.
Green Movement di Muhammadiyah bukanlah hal baru. Pada awal sejarah Muhammadiyah, melalui PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), Muhammadiyah aktif mengadvokasi korban letusan Gunung Kelud tahun 1918, serta masalah-masalah lingkungan dan
Tujuan 1000 cahaya
ekologi dampak dari kebijakan Pemerintah kolonial yang memberlakukan tanam paksa, perkebunan monokultur yang berdampak pada eksploitasi tenaga kerja pribumi dan alih-fungsi lahan masyarakat pedalaman, pertambangan, dll.
Perjalanan panjang Green Movement di Muhammadiyah
Secara formal, Muhammadiyah mengambil kebijakan kelestarian lingkungan, dalam Keputusan Muktamar ke-38 tahun 1971 tentang Pembinaan Keluarga dan Masyarakat Sejahtera, Keputusan Muktamar ke-41 tahun 1985 melalui Program Bidang Sosial dan Kesehatan tentang Peningkatan Pelayanan Sosial.
Penajaman ideologi dan pemikiran ekologi di Muhammadiyah terjadi pasca Muktamar ke-44 tahun 2000 menjadi penanda terbitnya Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) yang mengurai dengan lengkap dan komprehensif cara ber-Islam dalam bidang lingkungan hidup
Tujuan 1000 cahaya
dan diikuti dengan Teologi Lingkungan yang terbit pada tahun 2007 hasil kerjasama antara Majelis Lingkungan Hidup dan Kementerian Lingkungan Hidup.
Melalui produk rumusan keagamaan ini fokus pewacanaan ekologi dan lingkungan hidup Muhammadiyah bergeser dari tema dakwah dan pembinaan, menguat ke arah solusi seperti konservasi, program pengurangan sampah plastik, mitigasi krisis lingkungan, dll yang berbasis perspektif Islam. Konstruksi ideologi Muhammadiyah di bidang ekologi dan lingkungan hidup masih harus terus berkembang.
Bayangkan, jika aksi lingkungan ini dilakukan oleh 177 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), 1450 SMA/SMK/MA, 1723 SMP/MTs, 65 Pondok Pesantren, 1950 SD/MI, TK dan PAUD, Rumah Sakit, Panti Asuhan, Masjid, dan semua amal Usaha Muhammadiyah.
Tujuan 1000 cahaya
Maka Muhammadiyah seribu cahaya harapan untuk kehidupan akan terpancarkan. Masalah kerusakan lingkungan dapat diselesaikan.
Daripada mengutuk kegelapan lebih baik kita menyalakan satu lilin yang akan memberi terang. Kerusakan lingkungan terus terjadi di Sekitar kita.
Saat kita melihat masa depan bumi ini terlihat begitu gelap gulita, mungkin kitalah cahayanya!
Ayo jadi cahaya dengan bergabung di 1000cahaya.com
Cerita di balik 1000 cahaya
Sekolah Muhammadiyah ini punya 6 ruangan. Rata-rata penggunaan listriknya sebesar 308 kwh dengan daya 1300 watt. Setiap bulan sekolah ini harus membayar tagihan listrik sebesar Rp. 449.223 rupiah, atau Rp. 5.390.676 per tahun.
Jika dikalikan 1450 sekolah yang berada di bawah persyarikatan, maka sekolah-sekolah Muhammadiyah harus membayar total tagihan listrik kurang lebih 7,8 Miliar setiap tahunnya.
Itu baru sekolah. Belum universitas, rumah sakit, dan amal usaha lainnya.
Cita-cita energi terbarukan
Tahukah Anda, bahwa listrik yang kita gunakan sebagian besar sumbernya masih berasal dari bahan bakar fosil?
Artinya setiap listrik yang kita gunakan adalah hasil eksploitasi alam yang menimbulkan kerusakan lingkungan, dan menghasilkan emisi gas yang berpengaruh pada PERUBAHAN IKLIM.
Sementara penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan di Indonesia masih jauh dari ideal.
Tahun 2022 masih 12,3 persen dari target yang seharusnya 15%. Target energi baru terbarukan (EBT) hanya sebesar 31 persen sampai 2050. Masalah energi hanyalah satu dari sekian masalah lingkungan yang kita hadapi. Masalah lainnya masih panjang mengantri seperti masalah sampah, pencemaran, yang berakibat pada masalah sosial seperti pengangguran, krisis pangan dan ketidakadilan.
1000 cahaya sebagai respons Muhammadiyah
Untuk merespons masalah ini Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan gerakan 1000Cahaya.
Gerakan ini adalah bukti komitmen Muhammadiyah menjawab tantangan-tantangan perubahan iklim serta mendorong Indonesia untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada pertengahan abad ke-21.
Tujuan 1000 cahaya
Tujuan Gerakan ini adalah mewujudkan energi yang berkeadilan akan mengatasi tiga tantangan besar yaitu pengangguran, degradasi lingkungan, dan ketidaksetaraan.
Pada tahap pertama, 1000 cahaya akan fokus melahirkan role model perubahan iklim dan transisi energi di lingkungan sekolah menengah atas, pondok pesantran, masjid serta ranting.
Diharapkan model-model ini akan menjadi inspirasi sehingga green movement di Muhammadiyah akan bergulir seperti bola salju yang dampakanya semakin meluas.
Green Movement di Muhammadiyah bukanlah hal baru. Pada awal sejarah Muhammadiyah, melalui PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), Muhammadiyah aktif mengadvokasi korban letusan Gunung Kelud tahun 1918,
serta masalah-masalah lingkungan dan ekologi dampak dari kebijakan Pemerintah kolonial yang memberlakukan tanam paksa, perkebunan monokultur yang berdampak pada eksploitasi tenaga kerja pribumi dan alih-fungsi lahan masyarakat pedalaman, pertambangan, dll.
Perjalanan panjang Green Movement di Muhammadiyah
Secara formal, Muhammadiyah mengambil kebijakan kelestarian lingkungan, dalam Keputusan Muktamar ke-38 tahun 1971 tentang Pembinaan Keluarga dan Masyarakat Sejahtera, Keputusan Muktamar ke-41 tahun 1985 melalui Program Bidang Sosial dan Kesehatan tentang Peningkatan Pelayanan Sosial.
Penajaman ideologi dan pemikiran ekologi di Muhammadiyah terjadi pasca Muktamar ke-44 tahun 2000 menjadi penanda terbitnya Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) yang mengurai dengan lengkap dan komprehensif cara ber-Islam dalam bidang lingkungan hidup dan diikuti dengan Teologi Lingkungan yang terbit pada tahun 2007 hasil kerjasama antara Majelis Lingkungan Hidup dan Kementerian Lingkungan Hidup.
Tujuan 1000 cahaya
Melalui produk rumusan keagamaan ini fokus pewacanaan ekologi dan lingkungan hidup Muhammadiyah bergeser dari tema dakwah dan pembinaan, menguat ke arah solusi seperti konservasi, program pengurangan sampah plastik, mitigasi krisis lingkungan, dll yang berbasis perspektif Islam. Konstruksi ideologi Muhammadiyah di bidang ekologi dan lingkungan hidup masih harus terus berkembang.
Bayangkan, jika aksi lingkungan ini dilakukan oleh 177 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), 1450 SMA/SMK/MA, 1723 SMP/MTs, 65 Pondok Pesantren, 1950 SD/MI, TK dan PAUD, Rumah Sakit, Panti Asuhan, Masjid, dan semua amal Usaha Muhammadiyah. Maka Muhammadiyah seribu cahaya harapan untuk kehidupan akan terpancarkan. Masalah kerusakan lingkungan dapat diselesaikan.
Daripada mengutuk kegelapan lebih baik kita menyalakan satu lilin yang akan memberi terang. Kerusakan lingkungan terus terjadi di Sekitar kita.
Saat kita melihat masa depan bumi ini terlihat begitu gelap gulita, mungkin kitalah cahayanya!
Ayo jadi cahaya dengan bergabung di 1000cahaya.com
Cerita di balik 1000 cahaya
Sekolah Muhammadiyah ini punya 6 ruangan. Rata-rata penggunaan listriknya sebesar 308 kwh dengan daya 1300 watt. Setiap bulan sekolah ini harus membayar tagihan listrik sebesar Rp. 449.223 rupiah, atau Rp. 5.390.676 per tahun.
Jika dikalikan 1450 sekolah yang berada di bawah persyarikatan, maka sekolah-sekolah Muhammadiyah harus membayar total tagihan listrik kurang lebih 7,8 Miliar setiap tahunnya.
Itu baru sekolah. Belum universitas, rumah sakit, dan amal usaha lainnya.
Cita-cita energi terbarukan
Tahukah Anda, bahwa listrik yang kita gunakan sebagian besar sumbernya masih berasal dari bahan bakar fosil?
Artinya setiap listrik yang kita gunakan adalah hasil eksploitasi alam yang menimbulkan kerusakan lingkungan, dan menghasilkan emisi gas yang berpengaruh pada PERUBAHAN IKLIM.
Sementara penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan di Indonesia masih jauh dari ideal.
Tahun 2022 masih 12,3 persen dari target yang seharusnya 15%. Target energi baru terbarukan (EBT) hanya sebesar 31 persen sampai 2050. Masalah energi hanyalah satu dari sekian masalah lingkungan yang kita hadapi. Masalah lainnya masih panjang mengantri seperti masalah sampah, pencemaran, yang berakibat pada masalah sosial seperti pengangguran, krisis pangan dan ketidakadilan.
1000 cahaya sebagai respons Muhammadiyah
Untuk merespons masalah ini Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan gerakan 1000Cahaya.
Gerakan ini adalah bukti komitmen Muhammadiyah menjawab tantangan-tantangan perubahan iklim serta mendorong Indonesia untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada pertengahan abad ke-21.
Tujuan 1000 cahaya
Tujuan Gerakan ini adalah mewujudkan energi yang berkeadilan akan mengatasi tiga tantangan besar yaitu pengangguran, degradasi lingkungan, dan ketidaksetaraan.
Pada tahap pertama, 1000 cahaya akan fokus melahirkan role model perubahan iklim dan transisi energi di lingkungan sekolah menengah atas, pondok pesantran, masjid serta ranting.
Diharapkan model-model ini akan menjadi inspirasi sehingga green movement di Muhammadiyah akan bergulir seperti bola salju yang dampakanya semakin meluas.
Green Movement di Muhammadiyah bukanlah hal baru. Pada awal sejarah Muhammadiyah, melalui PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), Muhammadiyah aktif mengadvokasi korban letusan Gunung Kelud tahun 1918,
serta masalah-masalah lingkungan dan ekologi dampak dari kebijakan Pemerintah kolonial yang memberlakukan tanam paksa, perkebunan monokultur yang berdampak pada eksploitasi tenaga kerja pribumi dan alih-fungsi lahan masyarakat pedalaman, pertambangan, dll.
Perjalanan panjang Green Movement di Muhammadiyah
Secara formal, Muhammadiyah mengambil kebijakan kelestarian lingkungan, dalam Keputusan Muktamar ke-38 tahun 1971 tentang Pembinaan Keluarga dan Masyarakat Sejahtera, Keputusan Muktamar ke-41 tahun 1985 melalui Program Bidang Sosial dan Kesehatan tentang Peningkatan Pelayanan Sosial.
Penajaman ideologi dan pemikiran ekologi di Muhammadiyah terjadi pasca Muktamar ke-44 tahun 2000 menjadi penanda terbitnya Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) yang mengurai dengan lengkap dan komprehensif cara ber-Islam dalam bidang lingkungan hidup dan diikuti dengan Teologi Lingkungan yang terbit pada tahun 2007 hasil kerjasama antara Majelis Lingkungan Hidup dan Kementerian Lingkungan Hidup.
Melalui produk rumusan keagamaan ini fokus pewacanaan ekologi dan lingkungan hidup Muhammadiyah bergeser dari tema dakwah dan pembinaan, menguat ke arah solusi seperti konservasi, program pengurangan sampah plastik, mitigasi krisis lingkungan, dll yang berbasis perspektif Islam. Konstruksi ideologi Muhammadiyah di bidang ekologi dan lingkungan hidup masih harus terus berkembang.
Bayangkan, jika aksi lingkungan ini dilakukan oleh 177 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), 1450 SMA/SMK/MA, 1723 SMP/MTs, 65 Pondok Pesantren, 1950 SD/MI, TK dan PAUD, Rumah Sakit, Panti Asuhan, Masjid, dan semua amal Usaha Muhammadiyah. Maka Muhammadiyah seribu cahaya harapan untuk kehidupan akan terpancarkan. Masalah kerusakan lingkungan dapat diselesaikan.
Daripada mengutuk kegelapan lebih baik kita menyalakan satu lilin yang akan memberi terang. Kerusakan lingkungan terus terjadi di Sekitar kita.
Saat kita melihat masa depan bumi ini terlihat begitu gelap gulita, mungkin kitalah cahayanya!
Ayo jadi cahaya dengan bergabung di 1000cahaya.com